Senin, 09 Januari 2012

MODERENISASI PENDIDIKAN DI TURKI

Meninjau perkembangan pendidikan Islam Ustmani tidak lepas dari setting budaya, dan kondisi sosial politiknya, kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Byzantine Romawi, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tatakrama dalam kehidupan istana. Masalah organisasi, pemerintahan dan prinsip kemiliteran, mereka dapat dari kebudayaan Byzantium Romawi. Sedangkan dari bangsa Arab mereka mendapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan pengetahuan.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan dibibang politik dan kemiliteran. Sedang perhatian mereka dalam pendidikan tidak menonjol, kecuali dalam bidang arsitektur. Pendidikan lebih dikonsentrasikan pada pelatihan militer. Dari sanalah terbentuk satuan militer yennissery  yang berhasil mengubah Negara Ustmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang tangguh.
Pada masa pertengahan, lapangan ilmu pengetahuan menyempit. Madrasah adalah satu-satunya lembaga pendidikan umum yang didalamnya hanya diajarkan pendidikan agama. Kemerosotan standar-standar akademis yang terjadi dikarenakan sedikitnya jumlah buku-buku yang tarcantum dalam kurikulum, dan waktu yang diberikan tarlalu singkat untuk murid dapat menguasai bahan yang ‘berat’ dan seringkali sulit dipahami. Ini menyebabkan  belajar lebih bersifat tekstual dari pada upaya memahami dan lebih mendorong hafalan dari pada pemahaman yang sebenarnya.
Sistem Pengajaran di Turki
Sistem pengajaran pada masa Turki seperti yang telah dijelaskan di atas yaitu dengan cara menghafal matan-matan, seperti menghafal Matan Ajrumiyah, Matan Taqrib, Matan Alfiyah, dan lain-lain.
Adapun tingkat-tingkt pengajaran di Turki adalah sebagai berikut:
1.Tingkat Rendah (S.R.) 5 tahun
2.      Tingkat Menengah (S.M.P.) 3 tahun
3.      Tingkat Menengah Atas (S.M.A.) 3 tahun
4.      Tingkat tinggi (Universitas) 4 tahun
Dikelas IV dan V S.R. diajarkan ilmu agama jika mendapatkan izin dari orang tua murid. Begitu juga diajarkan agama dikelas III Sekolah Menengah (S.M.P.) jika diminta oleh orang tua murid.
Selain itu ada juga sekolah Imam Chatib (sekolah agama) 7 tahun, 4 tahun pada tingkat menengah pertama dan 3 tahun pada tingkat menengah atas. Murid-murid yang diterima masuk sekolah imam chatib itu ialah murid-murid tamatan S.R 5 tahun. Untuk melanjutkan dari sekolah Imam Chatib didirikan Institut Islam di Istambul pada tahun 1959, dan pengajarannya berlangsung selama 4 tahun.
Dasar-dasar pengajarannya adalah sebagai berikut:
1.            Tafsir
2.            Hadis
3.            Bahasa Arab
4.            Bahasa Turki
5.            Filsafat
6.            Sejarah Kebudayaan Islam
7.            Ilmu Bumi
8.            dll.
Lahirnya Sekolah-Sekolah (Madrasah-Madrasah) Pada Masa Pengaruh/Kekuasaan  Turki
Pada permulaan masa Abbasiyah, bangsa Persia sangat berpengaruh dalam Negara Islam, sehingga kebudayaan Islam pun dipengaruhinya. Bahkan sistm pemerintahan Persia sebagiannya ada juga diambil oleh pemerintahan Islam.
Setelah hilang pengaruh Persia, lahirlah pengaruh turki. Pada masa itu berdirialah Madrasah-Madrasah (Sekolah-Sekolah) yang tidak sedikit bilagannya diseluruh negara Islam  yang didirikan oleh pemerintah.
Diantara sebaba-sebab banyaknya berdiri madrasah pada saat itu adalah sebagai berikut:
1.            Untuk mengambil hati rakyat
2.            Untuk mengharapkan pahala dan ampunan dari Tuhan.
3.            Untuk memelihara kehidupan anaknya.
4.            Untuk memperkuat aliran keagamaan bagi sultan atau pembesar.
Zaman Modern (pada masa Mahmud II, 1808 – Abdul Majid, !992)        
Secara praktis di Ottonom terjadi stagnasi bidang ilmu dan teknologi. Kemajuan militer tidak diimbangi dengan sains.  Ketika pihak Eropa berhasil mengembangkan teknologi persenjataan, pihak Ustmani mengalami kekelahan ketika terjadi kontak senjata dengan mereka.
Mahmud II dinilai sebagai penggagas tonggak reformasi Ustmani. Berbagai tantangan diatas meniscahayakan gagasan pembaharuan dari sultan, dalam rangka mempartahankan Daulatan Ustmaniya. Ia mulai keluar untuk  membangun relasi dengan rakyatnya. Diantara pembaharuan yang dirintis ialah dibidang militer, organisasi kerajaan, hukum, dan yang paling penting serta berpengaruh besar bagi perkembangan pembaruan dikerajaan Ustmani adalah perubahan dibidang pendidikan.
Ia ingin mengubah pola madrasah tradisional disesuaikan dengan jamannya(abad ke-19), dan mengikis buta aksara. Dalam kurikulum baru dimasukkan pelajaran umum, yang melalui proses sosialisasi kepada masyarakat dengan tidak mudah. Maka ia mulai mendirikan madrasah pengetahuan umum serta sastra, makteb-i Ma’arif dan Makteb-I Ulum-Adebiye. Siswa kedua sekolah ini dipilih dari madrasah yang bermutu tinggi. Dikedua madrasah tersebut diajarkan bahasa francis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah, dan imu politik disamping bahasa arab. Sekolah pengetahuan umum mendidik siswa untuk menjadi pegawai administrasi dan sekolah sastra menyiapkan penerjemah-penerjemah untuk kepentingan pemerintah.
Setelah itu Sultan Mahmud II mendirikan pula sekolah militer ,sekolah teknik, sekolah kedokteran, dan sekolah pembedahan. Kedua sekolah terakhir kemudian digabungkan dalam satu wadah Dar-ul Ulum-u Mikemiyeh ve mekteb-i tibbiye-i sahane mengunakan bahasa francis. Di sekolah ini juga terdapat berbagai buku filsafat dan pengetahuan umum. Selain mendirikan sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa.Selanjutnya pada tahun 1831 M, ia menerbitkan surat kabar resmi takvim-i vekayi yang memuat berita peristiwa-peristiwa dan artikel-artikel mengenai ide-ide dari barat.
Kemudian muncul "Mekteb-i Ilm-i Harbiye" (sekolah militer) pada tahun 1834 sesuai dengan model Prancis. Lalu dalam selang waktu yang tidak terlalu lama (tahun 1838), Sultan Mahmud II  juga melancarkan pembaruan pendidikan Islam dengan memperkenalkan Sekolah Rusydiyah, yang sepenuhnya mengadopsi sistem pendidikan Eropa. Sistem Sekolah Rusydiyah ini independen atau bahkan berlawanan dengan medresse.
Kemudian gerakan pembaharuan lanjutan dikenal dengan istilah Tanzimat , yang berasal dari bahasa Arab dari kata tanzim yang berarti mengaturan, menyusunan, dan memperbaiki. Dijaman inlah kemudian banyak dibuat peraturan dan undang-undang baru dimana pemukanya banyak yang terdidik di Eropa dan berpengalama di bidang-bidang strategis.
Tokoh-tokoh penting tanzimat antara lain: Mustafa Rasyid Pasya (1800-1858), Mustafa Sami (wafat 1855), Mehmed Sadek Rif’at Pasya (1807) dan Ali Pasya (1815-1871). Pemuka utama dari pembaharuan dizaman tanzimat adalah Mustafa Rasyid Pasya. Ia lahir di Istambul di tahun 1800 pada mulanya mempunyai pendidikan madrasah. Mustafa Rasyid Pasya pernah berkunjung ke Eropa, merupakan pemikir yang juga mempunyai pengaruh dalam pembaharuan dizaman tanzimat. Seorang pemuka tanzimat lain yang pemikirannya lebih banyak adalah Mehmed Sadik Rifat Pasya (1807-1856) setelah selesai dari pendidikan madrasah ia melanjutkan pelajaran disekolah sastra. Pendidikan umum dilepas dari kekuasaan kaum ulama dan diserahkan kepada kementerian pendidikan yang dibentuk pada tahun 1847. disamping pembangunan sekolah-sekolah menengah, direncanakan pula pembentukan universitas, tetapi tak berhasil. Bagaimanapun  sistem pendidikan menengah barat telah mulai memasuki masyarakat kerajaan Usmani abad kesembilan belas.
Dalam bidang pendidikan, pembaharuan datang dalam bentuk pembukaan sekolah Galatasary ditahun 1868. Disini diberikan pendidikan umum dalam bahasa prancis dan disekolah itu siswa islam dan bukan islam duduk berdampingan. Sebelumnya masing-masing golongan agama mempunyai sekolah tersendiri. Sekolah Galatasary mempunyai peranan penting dalam menghasilkan pemimpin-pemimpin pembaharu di Turki. Setelah dibubarkanya parlemen dan hancurnya gerakan Ustmani muda maka sultan Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara dan menulis tidak ada. Dalam suasana kekuasaan absolut timbullah gerakan oposisi terhadap pemerintahan absolut sultan Abdul Hamid.
                Kemudian muncul gerakan Turki Muda, adapun toloh-tokoh turki muda antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930), Mehmed Murad (1853-1912) dan pangeran Sihabuddin (1887-1948). Selama diperancis Ahmad Riza banyak membaca buku-buku pemikir-pemikir Prancis dan ia amat tertarik pada filsafat positivisme August Comte (1798-1857). Oleh karena itu ia berpendapat jalan yang harus ditempuh untuk menyelamatkan kerajaan Ustmani dari keruntuhan ialah pendidikan dan ilmu pengetahuan positif dan bukan teologi  atau  metafisika. Ada dan terlaksananya program pendidikan yang baik berhajat pada pemerintahan konstitusional. Pemerintahan konstitusional tidak bertentangan dengan islam, karena dalam islam terdapat ajaran musyawarah dan musyawarah adalah dasar pemerintahan konstitusional.
Kemudian Pada masa Sultan Hamid (diangkat tahun 1876), didirikan perguruan-perguruan tinggi, Sekolah Hukum Tinggi(1878), Sekolah Tinggi Keuangan(1878), Sekolah Tinggi Kesenian(1879), Sekolah Tinggi Dagang(1882),  Sekolah Tinggi Teknik(1888), Sekolah Dokter Hewan(1889), Sekolah Tinggi Polisi(1891), dan Universitas Istambul(1900).
Pada tahun 1905 sultan Abdul Hamid dijatuhkan dan diganti oleh saudaranya Sultan Mehmed.  Dalam iklim  politik yang tidak stabil, bersama parlemennya Sultan mengadakan pembaharuan diberbagai bidang seperti,administrasi, transportasi, pelayanan umum, dan pendidikan mendapat perhatian khusus.
Sekolah dasar dan menengah baru didirikan. Untuk mengatasi kebutuhan tenaga pengajar, dibuka puka sekolah-sekolah guru. Kaum wanita bebes memilih sekolah, hingga bermunculan dokter-dokter dan hakim-hakim dari wanita. Perubahan juga menjalar kepada pola berpakaian pria dan wanita dengan a la Eropa. Dalam bidang publikasi, surat kabar dicetak sebanyak 60.000 kopi. Demikian pula majalah-majalah baru timbul dalam berbagai bidang, seperti sastra, politik, dan sebagainya.
Kemudian terbentuklah tiga kristal dalam aliran pembaharu, yaitu yang berhaluan Barat, Islam, dan Nasionalis. Golongan Barat ingin mengambil peradaban Barat sebagai dasar pembaruan, golongan Islam ingin Islamlah dasar pambaharuan, dan golongan Nasionalis Turki yang timbul belakangan menyatakan bukan Barat dan Islam yang dijadikan dasar tetapi nasionalis turki.
Sultan  Abdul Majid II mengeluarkan peraturan yang memisahkan pendidikan Islam dengan pendidikan umum; madrasah berada di bawah jurisdiksi Syaikh al-Islam, sedangkan sekolah umum —dengan berbagai tingkatannya— ditempatkan di bawah tanggung jawab langsung pemerintah. Tetapi, penting dicatat bahwa sekolah umum yang diharapkan menjadi tulang punggung modernisasi itu ternyata berkembang relatif lambat. Ini mendorong pemerintah Turki Utsmani untuk mengeluarkan ketetapan "Ma'arif Umumiye Nizamnamesi" (1869) guna memperluas dan mempercepat perkembangan sistem pendidikan umum model Eropa, dengan mengorbankan medresse.  
Ketika sultan Abdul Majid II digulingkan dan kekuasaan beralih ke tangan Mustafa Kemal Atatrurk, Maka sampai disini perkembangan sejarah pendidikan islam dikerajaan Turki Utsmani berakhir seiring dengan berakhirnya Kerajaan Ottonom.
Gerakan pembaharuan Mustafa kemal atatrurk
            Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk yang dimulai dengan penghapusan Kesultanan Utsmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja serta jam kamar ke dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka mesjid perlu melatih para musikus.  Kebutuhan ini penting bagi kaum modern dengan meletakkan alat musik barat ke dalam mesjid. Secara bertahap namun pasti, Mustafa Kemal  melakukan pembaharuan/ reformasi. Kebijakan-kebijakan Mustafa Kemal diantaranya:
1.  Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924; yaitu menghapuskan sistem medresse dengan mengubahnya menjadi sekolah-sekolah umum.
2. Undang-undang tentang Kopiyah, tanggal 25 November 1925;
3. Undang-undang tentang Pemberhentian Petugas Jamaah dan Makam, Penghapusan Lembaga Pemakaman, tanggal 30 November 1925;
4. Peraturan sipil tentang Perkawinan, tanggal 17 Februari 1926 (mengadopsi UU Perdata Swiss 1926)
5. Undang-undang Penggunaan Huruf Latin untuk Abjad Turki dan Penghapusan Tulisan Arab, tanggal 1 November 1928, dan
6.  Undang-undang Larangan Penggunaan Pakaian Asli, tanggal 13 Desember 1934.
            Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat. Kemudian diputuskan, bahwa kata-kata yang asalnya berbahasa Arab dan Persi yang tidak bisa diganti harus tetap dipertahankan. Yang kemudian muncul teori bahasa matahari, yang mempunyai maksud untuk membuktikan bahwa semua kebudayaan yang berasal dari bangsa Turki, dan semua bahasa itu berasal dari bahasa Turki. Namun teori ini tidak pernah mendapatkan dukungan dari rakyat atau para intelektual. Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938. walaupun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat yang ketika itu  berusaha lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.
            Dalam sistem politik multi partai inilah, akhirnya pengaruh Partai Republik yang pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal, cenderung berkurang. Kecenderungan apresiasi masyarakat Turki terhadap Partai Demokrat lebih didasarkan oleh sikap politik partai ini yang mengusung opini tentang orientasi keagamaan baru yang berbeda daripada orientasi keagamaan di masa rezim Mustafa Kemal bersama Partai Republik-nya.
Setelah tahun 1939, kecuali sekolah-sekolah untuk mengaji Al-Qura’an, semua lembaga pendidikan formal agama menjadi hilang semua. Reformasi-reformasi sekuler sebenarnya memainkan perannan penting dalam kebangkitan Islam di Turki yang mempunyai tujuan memberikan dorongan yang kuat untuk membuka usaha-usaha yang baru dari fihak orang-orang muslim terpelajar untuk melahirkan literatur tentang berbagai macam aspek Islam pada tahun 1940an.
Sedangkan pengaruh para imam masih tetap kuat diantara umat Islam di Turki, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting di dalam memelihara dan memperkokoh perhatian yang murni pada prinsip dan amalan Islam dikalangan rakyat yang pada akhirnya, pemerintah Turki mengadakan pendidikan agama pilihan di sekolah-sekolah pada tahun 1949. Di tahun yang sama fakultas kehutanan didirikan di Universitas Ankara, untuk memenuhi kebutuhan dari pada pendidikan tinggi agama. Perkembangan-perkembangan ini membawa sikap toleran terhadap agama dan rakyat mulai menyuarakan pandangan agama mereka lebih bebas.
Reformasi bahasa yang diprakarsai oleh Mustofa Kemal juga dilaksanakan dengan melalui fase-fase yang revolusioner dan ekstrim. Tujuan dari revolusioner ini adalah untuk memurnikan bahasa Turki dari kata-kata Arab dan Persia yang digunakan di dalam Turki Omansyah. Gerakan untuk menyederhanakan bahasa Turki dilakukan oleh surat kabar pada abad XIX yang berlangsung di bawah pemerintahan Turki muda.
Pada tanggal 2 Juni 1941 Dewan Nasional Agung memutuskan hukuman terhadap pelanggaran hukum larangan tutup kepala dan tulisan Arab ditambah. Sehingga mengakibatkan adzan, iqomat dalam bahasa Arab dianggap sebagai pelanggaran hukum pidana. Pada tahun 1950 Partai Demokrat yang ada di Turki telah memenangkan pemilu yang diselenggarakan pada bulan Mei 1950, yang merupakan sebagai tonggak sejarah republik Turki. Dengan kemenangan ini maka Partai Republik Rakyat (PRR) sudah memerintah selama kurang lebih 27 tahun, harus menerima kekalahan pemilu.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh rezim demokrat antara lain dapat mengembalikan adzan ke dalam bahasa Arab dan membaca Al-Qur’an melalui radio, ini terja pada tahun 1952. Serta mewajibkan pendidikan agama di sekolah-sekolah rendah. Tujuan kebijaksanaan tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan ajaran Islam sebagai elemen integral dari kebudayaan Turki. Selain itu kegiatan-kegiatan keagamaan terus meningkat dikalangan kelompok-kelompok agama dan tarekat membawa meletusnya demokrasi-demokrasi anti sekularis dan penghancuran patung-patung diberbagai tempat.





kesimpulan
Pada pertengahan atau akhir abad ke-19 dibuat jembatan antara pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. Dalam bentuk rushdiye, atau sekolah-sekolah menengah, yang tentu saja mengandung pelajaran agama dalam kurikulumnya. Tetapi sementara diTurki masalahnya sepanjang abad kesembilan belas adalah bagaimana melemahkan cengkeraman ulama atas dunia pendidikan.
Pendidikan dasar modern baru diperkenalkan pada tahun 1913, pendidikan dasar dibagi menjadi tiga kelas ; kelas dasar, kelas primer , dan kelas ketrampilan. Tetapi pelaksanaan peraturan tersebut mengalami kekurangan tenaga guru yang memadahi dalam bidangnya, peraturan tersebut merupakan langkah besar dalam usaha meninggalkan pendidikan dasar yang tradisional dan murni keagamaan kearah suatu konsep yang praktis tentang pendidikan agama, sampai ia dihapus dari sistem sekolah negeri pada masa republik. Antara 1913 dan 1919, pendidikan anak-anak perempuan juga diorganisasikan atas dasar praktis.
Pada waktu itu tidak semua ulama turki  telah menerima gagasan bahwa kaum Muda Turki harus memperoleh pendidikan yang akan mengisi watak mereka dengan semangat nasionalis dan ilmiah. Dalam latar belakang perdebatan antara kaum islamis, westernis, individualis liberal dan mereka yang membela pendidikan teknik Zia Gokalp. Muncul sebagai pendekar pandangan nasionalis mencakup pengaturan nilai-nilai islam sebagaimana diungkapkan melalui norma-norma Turki sebagai kaum muda Turki yang disebut Tarbiyah (pendidik atau pembentukan kepribadian).
Setelah “Undang – Undang Penyatuan Pendidikan” di bentuk, maka semua sekolah agama dan madrasah, baik yang dikelola oleh kementrian Awqaf (wakaf) bahkan oleh yayasan-yayasan wakaf swasta ditutup. Sementara pembaharu-pembaharu Tanzimat telah menciptakan suatu dualisme antara pengajaran agama dan pengajaran sekular, selanjutnya mengajukan usul-usul khususnya oleh perdana menteri Said pasa untuk memperbaharui madrasah-madrasah dan mengubahnya menjadi fakultas-fakultas theology dalam universitas yang diusulkannya, maka pemerintah Ataturk, dengan klaim “menyatukan” semua pendidikan, menghapuskan sekolah-sekolah tradisional, dan dengan demikian seluruh pendidikan menjadi “dunia” atau “sekular”. Artinya “penyatuan” dicapai tidak dengan interaksi tapi semata-mata dengan melenyapkannya salah satu pihak. Pendidikan fungsioner-fungsioner agama imam-imam dan khatib-khatib terus berada dibawah lindungan kementrian pendidikan, tetapi ini juga dihapuskan pada tahun 1928 ketika semua pendidikan agama dihapuskan dari system sekolah negeri. Pendidikan islam baru dilaksanakan kembali pada akhir tahun-tahun empat puluhan dan awal lima puluhan, karena desakan masyarakat semata-mata.
Sistem sekolah yang murni tradisional mengalah kepada sistem yang rancangannya mutlak sekular, Pendidikan agama didepak dari kurikulum sekolah negeri selama kira-kira seperempat abad. Kebanyakan orang-orang Turki yang telah termodernisasi di luar Turki khususnya dibarat, walaupun tentu saja banyak dari mereka yang telah menerima sesuatu pendidikan islam dirumah ataupun disekolah-sekolah swasta adalah produk dari system sekular murni ini, yang dua orang perancang utamanya, Kemal Ataturk dan Ismet Inonu.
Pendidikan tingkat rendah di Turki, yang berakhir dengan penutupan sekolah-sekolah agama dan seluruh pengajaran agama dalam system sekolah. Tak banyak lagi yang bisa dikatakan mengenai pendidikan islam tingkat tinggi kecuali bahwa, selama pemerintahan “Abdul Hamid II”, perdana menteri (sadrazam) Said Pasya menggariskan sebuah usulan yang besar untuk mendirikan, sebuah universitas dan lembaga ilmu teknologi tinggi (yang pertama mahasiswanya adalah lulusan sekolah-sekolah Rushdiye) disetiap ibu kota provinsi kerajaan Turki ‘Utsmani’, dan menjadikan semua lembaga tinggi ilmu keagamaan (Islam, Kristen dan lain-lainya). Sebagai fakultas-fakultas theologi diuniversitas-universitas bagi masing-masing pemeluk agama.


DAFTAR PUSTAKA


Rahman, Fazlur, Islam dan Modernisasi :  Tentang Transformasi Intelektual.

Asmuni, Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan PembaharuanDalam Dunia Islam .
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam :  Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar