Rabu, 11 Januari 2012

THE MIRACLE WORKER


THE MIRACLE WORKER, KESABARAN GURU DAN KEAJAIBAN SANG MURID

(Suatu Tinjauan Analisis Terhadap Film the Miracle Worker)

A. Sinopsis
Film ini menceritakan kehidupan seorang anak yang bernama Hellen keller. Tapi ia bukan sekedar anak kecil pada umumnya, ia mengalami kelainan sejak masa kecil. Helen keller adalah anak yang berusia sekitar 10 tahun dia mengalami cacat sejak masa kecil  ia buta, dan tuli. Hellen tumbuh di keluaraga yang sangat menyayanginya akan tetapi Hellen sangat susah untuk di kendalikan, dia selalu membuat kekacauan dalam rumahnya sehingga ia perlu perhatian ekstra dari keluarganya. Hal itu membuat iri kakak tiri Helen (Jemes Keller) kenapa? Jemes sebenarnya sayang terhadap Hellen, ia hanya iri atas perhatian orangtuanya yang diberikan kepada Hellen sehingga berkurangah kasih saying kepada dirinya.
 Sebenarnya Hellen anak yang cerdas, tetapi ia sangat susah dikendalikan. Kiranya itulah yang menjadi dasar Ny. Sullivan untuk terus-menerus mendidik Hellen sampai “bisa”. Hellen Keller, seorang buta dan tuli yang menjadi orang besar yang sangat berjasa. Berkat kegigihannya dalam belajar serta kesabaran gurunya, ia menjadi perempuan terbatas yang berprestasi. Ia menjadi pengacara terkenal dengan spesifikasi persamaan sosial. Ia juga aktif menyeru kepada dunia untuk peduli kepada orang bisu, dan tuli. Atas perjuangannya itu, Hellen dianugrahi Honorary University Degrees Women’s Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award.
Petikan kisah hidupnya semasa kecil difilmkan dengan tajuk “The Miracle Worker” yang sangat menyentuh.
Film tersebut menceritakan perjuangan Ny. Sullivan dalam mendidik Hellen dari tidak mengerti bahwa segala sesuatu memiliki nama dan makna, tak mengenal aturan, liar, hingga menjadi gadis cantik, pintar, mampu berkomunikasi dan berprestasi.
Orang awam akan melihat pola pendidikan Ny. Sullivan itu kurang manusiawi, kerena banyak “kekerasan”  yang ia terapkan dalam mendidik Hellen. Tapi, cara itulah yang diyakini dapat mengubah anak didiknya, dan cara inilah yang dilakukan oleh seorang pendidik yang mengerti tentang limu pendidikan psikologi. Keadaan Hellen, memang menuntut Ny. Sullivan memberi perlakuan “keras” terhadap dirinya.
Dalam film ini menceritakan orangtua Hellen mencarikan Hellen pengasuh atau perawat, walau sebelumnya ayah Hellen (Arthur Keller) berniat membawa Hellen ke rumah sakit jiwa, ia berpendapat bahwa tidak ada cara lain untuk mengubah anaknya itu,  akan tetapi ibunya (Ketherin Keller) dan bibinya (Evelyn Keller) menolak dan tidak setuju, karena rasa sayang dan cinta mereka kepada Hellen, kemudian setelah  mempertimbangkan hal tersebut, maka ayah Hellen (Arthur Keller) menulis surat kepada Dr. Chilsom untuk mengirim seorang pengasuh yang dapat memberi pelajaran  kepada  anaknya .
Dr. Chilsom pun merekomendasikan Ny. Annie Sullivan kepada keluaraga Keller, Ny.Sullivan adalah salah satu  murid Dr. Chilson  yang pandai dan sosok pengasuh yang cerdas dan sabar. Ia begitu sabar mengajar Hellen dengan metode pengajaran yang terkesan kasar, akan  tetapi dibalik itu semua ia begitu menyayangi Hellen.
Tidak mudah untuk memberikan pembelajaran dan mengendalikan Hellen tetapi Ny. Sullivan begitu sabar menagasuhnya, ia mengajarkan Hellen bahasa dan nama-nama benda, Ny. Sullivan menegaskan pada Hellen bahwa setiap benda itu memiliki nama dan makna,  bagaimana  Ny. Sullivan memberikan pengajaran pada Helen? Bagaimana tanggapan keluarga Keller dengan pengajaran Ny. Sullivan yang terkesan kasar ? Berhasilkah Ny. Sullivan memberikan pembelajaran terhadap Helen?
Film ini sangat menarik untuk diulas dari sisi psikologisnya, sangat berkaitan dengan teori belajar, yaitu teori  behavioristik  dan  kognitif.

B. PEMBAHASAN
PROSES  PEMBELAJARAN  HELLEN  KELLEN
Hellen Kellen memiliki kekurangan panca indra yang penting, namun ia juga memiliki kemampuan lainnya yang menonjol, yaitu otak yang cerdas, penciuman dan perasa yang kuat. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan oleh Ny. Sullivan untuk mengajarinya bahasa lewat  isyarat  tangannya yang biasa dipelajari oleh anak yang cacat.
Hellen Keller yang sejak kecil dididik oleh keluarganya dengan memberikan stimulus-stimulus ketika ia mulai brutal dan mengamuk agar ia tenang sementara. Hal ini dilakukannya secara berulang-ulang tiap kali Hellen marah, hingga akhirnya ia terbiasa dengan keadaan seperti ini. Hasilnya Hellen menjadi anak yang manja, liar dan pemarah.ia pun terus seperti itu, mungkin ia mengangap apa yang dilakukan adalah benar, karena ia selalu mendapatkan hadiah berupa manisan setiap kali ia marah.
  Keluarganya menerapkan teori Behavioristik yang lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Teori ini juga bersifat otomatis–mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.  Padahal setiap anak memiliki self direction (kemampuan mengarahkan diri) dan self control (pengalaman diri) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak merespon jika ia tidak menghendaki, misalnya  karena  lelah atau berlawanan dengan kata hati.
Pendekatan kognitif yang dilakukan oleh Ny. Sullivan memberikan perspektif bahwa belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah), meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampaknya lebih nyata dalam pada setiap peristiwa belajar. Dalam hal ini, seorang pakar psikologi menyimpulkan bahwa anak-anak memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar.
Ny. Sullivan memulai tugasnya untuk mengubah anak yang tidak terkontrol menjadi sosok yang sukses dengan memberikan boneka yang merupakan buatan anak-anak dari sekolah Perkin (sekolah khusus orang cacat yang kemudian dibuat khusus untuk Helen). Dengan mengejakan D-O-L-L (boneka) melalui tangan, ia berharap dapat menghubungkan objek dengan huruf. Hellen ternyata belajar dengan cepat dengan metode yang tepat pula, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengucapkan kata-kata. Selama beberapa hari, ia banyak belajar mengeja  kata-kata baru namun dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Dengan datangnya Ny. Sullivan, ia mengubah pembelajaran behaviorisme menjadi pendekatan kognitif. Ia menyingkirkan semua stimulus-stimulus yang biasa diberikan pada Helen. Akibatnya Hellen memberontak, marah dan liar. Namun, Ny. Sullivan juga memberikan stimulus. Jika Helen mau  mengeja huruf dengan jari-jarinya. Dan ketika Hellen mengeja C-A-K-E dengan benar, maka iapun akan mendapatkan cake. Ny. sullivan memanfaatkan indra penciuman dan perasa untuk mengenalkan bawha tiap benda itu mempunyai nama dan makna. Hal ini diajarkan pada Hellen terus menerus, hingga Hellen sudah mengetahui banyak sekali nama-nama benda yang ada disekitarnya, tapi ia belum tahu bahwa tiap kata itu memiliki makna.
Dalam proses belajar membutuhkan waktu dan tempat yang khusus, maka dalam hal ini Ny. Sullivan memilih untuk berdua saja dengan Helen dalam satu tempat. Agar tidak ada campur tangan dari orang lain yang akan mempengaruhi proses belajarnya. Dalam tempat pengasingannya, Helen mengalami kemajuan yang luar biasa. Ia mempunyai ketrampilan menjahit, makan dengan tenang dan teratur, bahkan sudah mengetahui banyak kata-kata, walaupun ia belum tahu maknanya.
Kemajuan positif dalam belajar harus selalu dijaga agar jangan sampai  hasil yang baik itu menjadi hilang karena pengaruh lingkungan atau bahkan keluarganya sendiri, jika keluarganya mengajarkan cara yang salah dalam perkembangan anaknya. Hal inilah yang menjadikan Ny.  Sullivan untuk selalu mendampingi muridnya Helen Keller hingga dewasa.
Suatu hari, Ny.sullivan mengajak Hellen dengan sedikit memaksanya  pergi ke sebuah sumur pompa terbuka. Ny. Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Hellen dibawah keran air tersebut. Begitu air menyentuh tangan Hellen, ia mencoba untuk mengeja secara perlahan kata ‘W-A-T-E-R' (air) melalui tangan hellen yang satunya kemudian semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran Hellen. Ia akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin yang mengalir ditangannya. Setelah ia mengerti, lalu berhenti dan menyentuh tanah dan menanyakan ejaannya
Berawal dari sumur tadilah, Hellen mulai mengerti bahwa setiap benda memiliki nama dan makna, dan iapun mulai mengenal apa yang ada disekelilingnya, dan mulailah ia belajar dan terus belajar.

C. PENUTUP
            Dari kisah Hellen dan Ny. Sullivan, kita mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga, dan yang  paling utama ialah rasa syukur kita kepada tuhan yang telah memberikan kesempurnaan panca indra.
Kemudian, kesabaran seorang guru yang mencurahkan semua daya dan melakukan segala upaya agar dapat memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Walaupun banyak terdapat kekurangan yang ada pada anak didik, dalam kisah hellen yang buta, dan tuli. Akan tetapi dengan kesabaraan yang dimiliki oleh Ny. Sullivan dan  keyakinan serta ketekunannya, ia dapat mengubah semua kekurangan menjadi keistimewaan yang belum tentu  dicapai oleh orang yang normal sekalipun.
Kemudian, ketegasan seorang guru juga diperlukan terhadap anak didik dan orangtuanya. Tegas bukan berarti keras. Tegas berarti mengatakan ”Ya” jika ya dan mengatakan ”Tidak” jika memang tidak sambil memberikan penjelasan atas setiap perkataan. Hal ini perlu dilakukan secara konsisten atau dijadikan pembiasaan agar anak dapat berpikir mana yang benar dan mana yang salah, sehingga ia dapat berhati-hati dalam bertindak. Dengan menerapkan hal ini, karakter anak akan terbentuk dengan sendirinya karena dirinya selalu diberikan penjelasan atas perbuatannya, maka nantinya ia akan terbiasa untuk berkomunikasi dan berdiskusi, sekaligus mengasah kecerdasannya dalam berpikir.
Seorang pendidik haruslah selalu bekerja keras dan pantang menyerah. Hal itu merupakan modal bagi seorang pendidik sehingga mampu memberikan pendidikan secara menyeluruh dan tuntas. Sikap optimis pun sangat diperlukan oleh seorang pendidik karena dengan bersikap optimislah, pendidik dapat lebih termotivasi untuk berinovasi agar berguna bagi anak didinya
. Jika Inderanya ada yang ganjil dan bukan pikirannya, dia pasti punya bahasa, “bahasa lebih penting bagi pikiran dari pada cahaya mata”. Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar