Senin, 09 Januari 2012

ADAB

PENDAHULUAN

Al-Qur’an bagi umat Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan Al-Qur’an harus ditanamkan sejak usia dini dengan membaca, menghayati dan memahaminya, kemudian mengaplikasikan pada aktivitas keseharian, sehingga terwujud kehidupan yang khasanah. Tetapi, ironisnya sebagian umat Islam tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran membaca Al-Qur’an sejak usia dini, sehingga banyak anak-anak Islam, remaja dan pemuda bahkan orang tua ada yang belum mampu membaca Al-Qur’an. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري)
Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya" (HR. Al-Bukhori) (Imam Nawawi, 1999: 116).

Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi yang terakhir ini memiliki berbagai ciri khas dan sifat tersendiri. Salah satunya adalah bahwa ia merupakan salah satu kitab suci yang dijamin keaslian oleh Allah SWT, dari sejak diturunkan sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat. Ini ditegaskan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِناَّ لَهُ لَحَافِظُوْنَ (الجحر : ٩)
Artinya: "Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya"(QS. Al-Hijr: 9) (Depag, 1995: 391).

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur’an selama-lamanya. Walaupun demikian umat Islam harus tetap berkewajiban untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Di antara upaya untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an adalah dengan cara membaca dan menghafalnya, sebagaimana yang pernah ditempuh oleh para sahabat Nabi SAW.

PEMBAHASAN

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Menurut pandangan tersebut, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Dan membaca juga sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif (Farida Rohim, 2007:2).
Membaca merupakan kunci pengetahuan dan perangkat penting menuju kemajuan dan kesuksesan. Tidaklah suatu umat mengamalkan prinsip "membaca dan membaca" melainkan ia mampu memegang tali kendali dan tampuk kekuasaan. Selain itu, ia akan berada dalam posisi kepemimpinan yang paling tinggi dan puncak.
Dengan semua kelebihan yang akan didapat bagi orang yang membaca, maka Allah SWT menurunkan wahyu yang pertama kalinya adalah  kalimat "اقرأ" (bacalah). Hal yang pertama kali, paling agung, dan kalimat terpenting untuk kita baca adalah Al-Quran. Al-Quran bukan hanya sekedar kitab yang akan kita baca sekali atau dua kali, tetapi Al-Quran adalah undang-undang bagi semua makhluk sehingga kita dituntut untuk terus-menerus membacanya dengan konsentrasi (Raghib As-Sirjani. 2007: 48).
Al-Quran menurut bahasa berarti bacaan. Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata "Qur’an" dan kemudian kata tersebut dipakai untuk Al-Qur’an. Dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surat Al-Qiyamah:

إِناَّ عَلَيْناَ جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (١٧) فَإِذَا قَرَأْناَهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ (١٨)
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu" (Al-Qiyamah: 17-18) (Depag, 1995: 999).
Membaca Al-Qur’an adalah suatu usaha mengucapkan huruf dan lafal Al-Qur’an dengan tertib dan sistematis sesuai dengan makhrajnya. Membaca Al-Qur’an merupakan pengajaran pokok yang wajib diajarkan kepada setiap umat islam, mulai dari mengenal huruf hijaiyah, membaca sampai penguasaan kaidah tata cara membacanya dengan ilmu tajwid.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa arti membaca, dari kata قرأ mempunyai pengertian yang lebih umum dari pada arti membaca, dari kata تلا, arti membaca pada kata قرأ  tidak terbatas pada membaca yang tertulis (baik bersumber dari Allah maupun manusia) tapi juga menyangkut ayat-ayat yang tidak tertulis yang disebut meneliti dan menganalisa. Sedangkan arti membaca pada kata تلا terbatas pada bacaan yang suci dan pasti benar, seperti bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Sudah suatu keharusan bagi setiap muslim untuk membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kitab suci dan sekaligus sebagai pedoman hidupnya. Dalam membaca Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya. Kaum sufi berkata: barang siapa yang selalu menyadari kekurangannya dalam memenuhi adab membaca Al-Qur’an, maka sedikit demi sedikit ia akan bertambah dekat dengan Allah SWT (Muhammad Zakariya dan Al-Kandahlawi, 2000 : 593).

Alim ulama telah menulis enam adab lahiriah dan enam adab bathiniah dalam membaca Al-Qur’an:
1. Adab Lahiriah
a.       Dengan penuh rasa hormat, kita duduk menghadap kiblat dengan keadaan suci (berwudhu).
b.      Tidak membaca dengan cepat, tetapi dibaca dengan tajwid dan tartil.
c.       Berusaha untuk menangis, walaupun terpaksa berpura-pura menangis.
d.      Memenuhi hak-hak ayat adzab dan ayat rahmat.
e.       Jika dikhawatirkan akan timbul riya' di hati kita ataupun mengganggu orang lain, sebaiknya dibaca dengan suara pelan.
f.        Bacalah dengan suara yang merdu, karena banyak hadits yang menekankan agar kita membaca Al-Quran dengan suara merdu (Maulana Muhammad Zakariya dan Al-Kandahlawi, 2000 : 594).

  1. Adab Batiniah 
a.       Agungkanlah Al-Qur’an sebagai perkataan yang paling tinggi.
b.      Masukkan kedalam hati ke-Agungan Allah SWT dan ke-Besaran-Nya, sama seperti kalam-Nya.
c.       Hindarkan hati kita dari kebimbangan dan keraguan.
d.      Renungkan makna setiap ayat dan bacalah dengan penuh kenikmatan.
e.       Ayat-ayat yang kita baca hendaklah berkesan dalam hati. Apabila membaca ayat-ayat rahmat dan ampunan, hati kita hendaklah merasa gembira dan senang. Sebaliknya, jika menjumpai ayat adzab dan ancaman, hati kita hendaknya merasa takut dan gentar.
f.        Telinga kita harus benar-benar ditawajjuhkan, seolah-olah Allah sendiri sedang berbicara dengan kita, dan kita sedang mendengarkannya (Maulana Muhammad Zakariya dan Al-Kandahlawi, 2000 : 594).
Para fuqoha telah bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an lebih utama daripada dzikir-dzikir maupun wirid-wirid lain yang dikhususkan pada suatu masa atau tempat tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh Al-Qur’an maupun sunnah.
Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas’ud. Beliau berlinang air matanya bila membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud: Suatu ketika Rasulullah SAW meminta Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Rasulullah, bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”. Dijawab nabi SAW: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu Mas’ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayatFa kaifa idzaa ji’na min kulli ummatin bisyahidin waji’na bika ’ala ha’ula’i syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang bercucuran air mata.“ {HR. Bukhori dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah SAW juga selalu membaca Al-Qur’an. Ketika mereka menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar RA, jika beliau menjadi imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau.
Suatu ketika seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an. Kita sebagai ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur’an.

Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk dzikir yang sangat dicintai Allah dan mempunyai banyak keutamaan. Di antara keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur’an adalah:
1.      Al-Quran akan memberi syafa'at kepada pembacanya.

عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: اقْرَأُوْا القُرْآنَ فَـإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعاً لِأَصْحَابِهِ (رواه مسلم)
Artinya: "Bacalah Al-Quran sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang memberi syafaat bagi para pembacanya" (HR Muslim).

Yang dimaksud hadits diatas adalah orang yang hari-harinya disibukakan dengan membaca Al-Quran akan mendapatkan syafaat dari Al-Quran nanti di hari kiamat.

2.      Pahala membaca satu huruf Al-Quran dengan satu amal kebajikan yang dilipatgandakan 10 kali lipat.

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ الـمّ حَرْفٌ وَلَكِـنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترمذي)
Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda, "Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu hasanah. Dan satu hasanah itu adalah sama dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR. Tirmidzi).
Maksudnya, membaca satu huruf yang ada di dalam Al-Qur’an akan mendapatkan kebaikan dan pahala. Ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW bahwa alif lâm mîm tidak bisa dikatakan sebagai satu huruf, tetapi alif terpisah, lâm terpisah, dan mîm terpisah. Dengan demikian pahala yang akan didapat adalah sebanyak berapa huruf yang dibaca oleh pembaca Al-Qur’an.

3.      Orang yang pandai membaca Al-Qur'an akan bersama para Malaikat.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعْ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ لَهُ أَجْرَانِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: "Dari 'Aisyah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda, "Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an dengan hafal, lancar, bersama rombongan para malaikat yang mulia. Sedang orang yang membaca Al-Qur’an dengan berat tapi rajin maka dia dapat pahala dua kali lipat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud dengan orang yang ahli dalam Al-Qur’an adalah orang-orang yang benar-benar hafal Al-Qur’an dan sering membacanya serta dimisalkan berada di dalam golongan yang memindahkan Al-Qurânul Karîm dari Lauhil Mahfûdz dan menyampaikan kepada orang lain melalui bacaannya. Orang yang bersusah payah mempelajari Al-Qur’an akan mendapatkan pahala dua kali lipat akan tetapi pahala yang didapat tidak melebihi orang yang ahli dalam membaca Al-Qur’an.
Dalam Shahihain, disebutkan pula hadits dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kelak (mendapat tempat disurga) bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan masih terbata-bata, dan merasa berat dan susah, maka dia mendapatkan dua pahala”. Dua pahala ini, salah satunya merupakan balasan dari membaca Al-Qur’an itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah atas kesusahan dan keberatan yang dirasakan oleh pembacanya.

4.      Bacaan Al-Quran mendatangkan rahmat dan ketentraman jiwa. 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَا رَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّـكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (رواه مسلم وأبو داود)
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. bahwa, Rasulullah s.a.w bersabda: "Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling mengajarkannya sesama mereka, kecuali ketenangan (sakinah) turun ke atas mereka, rahmat menyirami mereka, para malaikat mengerumuni mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan malaikat di sisi-Nya. (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Hadits ini menerangkan bahwa orang yang berkumpul disalah satu  rumah Allah dalam rangka mempelajari Al-Qur’an akan memperoleh banyak keuntungan seperti turun baginya sakinah, di kelilingi para malaikat dan diingat selalu oleh Allah dan disebut-sebut di dalam majlis kecintaan-Nya.

SIMPULAN
Membaca Al-Quran adalah suatu usaha mengucapkan huruf dan lafal Al-Quran dengan tertib sesuai dengan makhrajnya. Membaca Al-Quran merupakan pengajaran pokok yang wajib diajarkan kepada setiap umat islam, mulai dari mengenal huruf hijaiyah, membaca sampai penguasaan kaidah tata cara membacanya dengan ilmu tajwid. Sudah suatu keharusan bagi setiap muslim untuk membaca Al-Quran, karena Al-Quran adalah kitab suci dan sekaligus sebagai pedoman hidupnya. Dalam membaca Al-Quran harus memperhatikan adab-adabnya.
Alim ulama membagi adab membaca Al-Quran menjadi dua yaitu adab lahiriah dan adab batiniah. Para fuqoha telah bersepakat bahwa membaca Al Qur’an lebih utama daripada dzikir-dzikir maupun wirid-wirid lain yang dikhususkan pada suatu masa atau tempat tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh Al-Qur’an maupun sunnah.
Keutamaan Al-Qur’an yang terbesar bahwa ia merupakan kalam Allah SWT. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori).


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Efendi. Bimbingan Tahsîn dan Tajwid Al Qurân Ustmani. Jakarta: Cahayan Qurani Press.

As-Sirjani, Raghib. 2007. Spiritual Reading. Solo : Aqwam.

Depag, 1995. Al-Qurânul Karîm dan Tarjamahnya : Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Nawawi, Imam. 1999. Terjemahan Riyadhus Shalihin. Jakarta : Pustaka Amani.

Rohim, Farid. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Syafi'i, Inu Kencana. 2000. Al- Quran dan Ilmu Administrasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Zakariyya, Maulana Muhammad dan Al-Kandahlawi. 2000. Himpunan Fadhilah Amal. Yogyakarta : Ash-Shaff.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar